Jumat, Maret 13, 2009

belum mendapatkan sesuatu yang kucari

Dari awal aku berencana pergi ke Jogja adalah mencari sebuah ketenangan setelah beberapa bulan ini aku dihantam badai kehidupan. ok deh.. aku ngaku. badai itu tentang cinta dan perasaan yang ada di hati.

Jogja menjadi satu-satunya kota yang biasa aku kunjungi untuk sekedar menenangkan diri dan menjauhi segala kepenatan yang ada di kehidupanku.

Bagiku, Jogja memang berbeda dengan semua kota yang pernah aku kunjungi. semua yang ku butuhkan untuk menenangkan diri, mencari inspirasi bahkan rekreasi ada di sini. tapi kali ini aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam kunjunganku ke Jogja.

Ketenangan yang aku cari ternyata belum aku dapatkan. ini adalah hari ke empat aku di Jogja dan seharusnya menjadi hari terakhir dalam kunjunganku kali ini. aku sudah harus pulang dan menjalani rutinitas membosankan yang terus saja mencekik bathin dan pikiranku. segala perasaan terbelenggu dan terpendam dalam lumpur kepenatan harus segera aku hadapi lagi. seharusnya aku hadapi itu semua dengan pikiran yang baru dan segar, tapi aku belum sembuh.. luka itu masih dalam dan tajam menembus dada hingga perih yang hanya bisa terucap dari pikiran yang terbungkam.

Jogja kali ini tampaknya masih enggan untuk membelaiku dan mengentaskan aku dari semua belenggu jeratan lubang hitam di dada. Jogjaku, kemana sebenarnya engkau memalingkan dirimu? aku kali ini datang untuk mengeluh padamu. aku datang agar aku bisa tersenyum kembali dan menjadi sesosok bayu yang baru. Jogjaku.. jangan kau torehkan perih yang dulu kurasakan. aku sudah bosan dengan rasa sakit hati ini.

Apakah Jogja sudah membelaiku namun hanya aku yang tak mampu merasakan belaiannya? atau aku yang masih saja terpejam dari segala hingar bingar kota tempatku mengadu ini? Jogjaku.. bisikan aku satu rahasia saja tentang apa yang sebenarnya engkau rencanakan untukku ketika aku ada dalam pangkuanmu. aku masih bingung, aku masih sakit, aku masih sedih dan aku tak mampu mengobati itu semua tanpamu.

Apakah aku harus mendewasakan diri dan mencoba menyelesaikan segala kepedihan ini tanpamu? tanpa teman-temanku dan tanpa siapapun? kakiku masih gemetar untuk dapat berdiri dan memikul segala beban yang telah aku pikul. aku hanya ingin selonjor dalam ketenangan dan sejenak berleha-leha dalam suasana damai bersamamu. bukan lagi air mata yang kuharapkan jatuh, tapi beban yang kuharapkan merapuh dan jatuh hingga tak ada lagi sesuatu yang wajib aku pikul dengan air mata.

Jogjaku, besok aku pulang dan sepertinya butuh waktu yang lama agar aku mampu memelukmu kembali. aku ingin berada selalu dalam pundakmu tapi aku tak mampu. aku harus pulang. bisikkanlah ketenangan dalam pikiran dan jiwaku wahai jogjaku, aku mohon dengan sangat. jangan biarkan aku pulang dengan luka yang masih menganga dan terbakar oleh api emosi tersiram oleh garam kepedihan.

Jogjaku.. tolong.. kabulkan harapanku kali ini. aku ingin kembali menjadi seseorang yang baru dan tersegarkan kembali.

aku sadar, cuma cinta yang mampu membunuhku. tapi jangan kau biarkan cinta ini membuatku tak mampu berreinkarnasi dan tak hidup lagi. aku masih belum mampu menopangnya sendiri. bukan sekarang.

Jogjaku.. aku akan pulang.. titip rindu untuk hati yang terbuang...